Tuesday 8 March 2011

Pemerintah Serius Pantau Aktivitas Gunung Pusuk Buhit

Gunung Pusuk Buhit, Samosir
SAMOSIR -Tiga gunung api yang memiliki sejarah letusan fenomenal di dunia, yakni Pusuk Buhit di Kabupaten Samosir, Gunung Tambora, Anak Krakatau, mendapatkan pengamatan yang serius dari pemerintah. Staf Khusus Presiden RI Bantuan Sosial dan Bencana (SKP-BSB) bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merasa perlu mencermati aktivitas trio gunung api itu untuk mengantisipasi dampak-dampak yang mungkin terjadi karena keaktifan ketiganya.
“Pemantauan atas Tambora, Krakatau, dan Toba, merupakan bagian dari upaya mitigasi bencana. Kita perlu memiliki data perkembangan aktivitas gunung-gunung api yang ada di Indonesia untuk dilaporkan secara kontinyu kepada pengambil kebijakan dan disosialisaskan kepada masyarakat,” ujar Andi Arief, Staf Khusus Presiden RI, Bantuan Sosial dan Bencana (SKP-BSB), dalam siaran persnya, yang dilansir dari Detik.com, edisi Senin (7/3).
Menurut Andi Arief, PVMBG sebagai institusi pemerintah yang berada di bawah Kementerian ESDM telah meningkatkan pemantauan terhadap aktivitas ketiga gunung itu. Hal itu dilakukan PVMBG, yang dipimpin Dr. Surono, sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mendeteksi setiap perkembangan aktifitas gunung api.
“Data-data yang didapatkan di lapangan akan berguna bagi pengembangan sistem peringatan dini serta perancangan pola antisipasi dini terhadap potensi bencana. Kita perlu menyiapkan tata cara mengantisipasi ancaman letusan gunung api sekelas Tambora,” lanjutnya.
Andi mengatakan, Gunung Pusuk Buhit ini merupakan sisa Gunung Toba yang pernah meletus sekitar 70.000 tahun yang lalu. Abu vulkanik Gunung Toba diduga menyebar hingga ke kutub utara. Pusuk Buhit yang digolongkan sebagai gunung aktif tipe C tidak meninggalkan catatan letusan sejak tahun 1400. Aktifivas Pusuk Buhit saat ini lebih banyak mengeluarkan air panas. Karena itu, kata Andi, Pusuk Buhit hanya dipantau secara episodik saja atau tidak terus menerus.
Warga yang bermukim dan berusaha di Aek Rangat atau Pemandian Air Panas, Siogung-ogung, Pangururan, ketika ditemui Radio Samosir Green, Selasa (8/3) pagi mengatakan, biasanya Pusuk Buhit mengeluarkan lebih banyak air panas pada bulan Maret. Dan, lebih sedikit pada bulan Oktober.
Selain itu, pemerintah juga memantau Gunung Tambora. Gunung ini secara administratif terletak di Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Letusan gunung api aktif itu pada tahun 1815 telah membuat kehebohan dunia. Abu vulkanik letusan Tambora menutupi sinar matahari, sehingga mendorong terjadinya perubahan iklim dunia. Dampaknya, benua Eropa tidak mengalami musim panas selama beberapa tahun, sehingga hampir semua negara di sana mengalami gagal panen. Kelaparan hebat yang ditimbulkan masa gagal panen itu, bahkan menyebabkan kekalahan tentara Napoleon Bonaparte dalam berbagai peperangan.
“Jika Tambora meletus pada saat ini, maka dikhawatirkan akan menyebabkan lumpuhnya jalur penerbangan dunia. Abu vulkanik Tambora mengandung silika sehingga apabila mengenai mesin jet pesawat dapat menyebabkan kerusakan mesin,” jelas Andi Arief.
Selain Tambora, Anak Krakatau juga merupakan gunung api yang mendapatkan pemantauan khusus. Krakatau pernah mengalami letusan besar pada 27 Agustus 1883. Bunyi letusan Krakatau pada saat itu terdengar hingga Australia dan India. Letusan Krakatau pada saat itu menyebabkan tsunami setinggi 30 meter, dan menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Pada tahun 1930, muncul gunung api muda di permukaan air laut yang diberi nama Anak Krakatau.
Sebagai gunung api muda, Anak Krakatau memiliki perioda letusan yg relatif pendek, antara 1 hingga 4 tahun. Karena itu, tidak terjadi penumpukan energi yang besar di Anak Krakatau, sehingga kecil kemungkinan terjadinya letusan besar dan juga tsunami.
“Meskipun demikian, karena aktivitasnya yang tinggi, Anak Krakatau dipantau dari dua Pos Pengamatan yaitu di Kalianda, Provinsi Lampung dan di Pasauran, Provinsi Banten. Sistem pemantauan dilakukan dengan memasang peralatan pencatat gempa dan tilt meter di Pulau Anak Krakatau, sedangkan data di transfer ke dua Pos pengamatan dan ke kantor PVMBG Bandung melalui VSAT,” ujar Andi.(greennews)

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan pesan serta kritik yang membangun blog ini. bergabung bersama kami.