Tiga minggu lebih arus lalu lintas di jalan utama Kabupaten Samosir sempat terganggu sejak Oktober hingga awal Nopember. Jembatan di jalan lingkar milik Propinsi Sumatera Utara terputus, tepatnya di Desa Dosroha, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Selain mengakibatkan terganggunya arus lalu lintas dari Pangururan ke Simanindo dan sebaliknya, salah satu akibat yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah kebutuhan bahan bakar minyak yang tersendat. Disebabkan mobil tangki yang hendak menuju Pangururan tidak bisa lewat. Minyak bensin di Pangururan pernah nyaris tiak ada selama tiga hari berturut-turut. Selama itu harga bensin di Pangururan juga masih berfariasi, mulai dari Rp.7000 s/d Rp.10.000/liter. Awalnya gorong-gorong itu rusak akibat derasnya air hujan, yang sering melanda samosir. Karena volume air yang terlalu besar tidak dapat ditampung Gorong-gorong. Akibatnya airpun meluap hingga merusak gorong-gorong dan sebagian badan jalan.
Pekan lalu 5/11, jalan terputus total akibat hujan deras, timbunan tanah pada badan sungai hanyut oleh arus air. Akhirnya kebanyakan kendaraan angkutan harus bersambung dari kedua arah, bahkan ada yang berhenti beroperasi sambil menunggu jalan provinsi itu secepatnya diperbaiki. Dan kebanyakan angkutan banyak memilih untuk mengambil jalan lain meskipun harus menempuh jarak yang lumayan jauh. Dan ada juga kendaraan yang di parkir sampai benar-benar gorong – gorong yang disulap menjadi jembatan itu bisa di lalui, khusunya mobil pribadi. Sedangkan untuk sepeda motor ada yang melalui pematang sawah dari arah pantai.
Upaya perbaikanpun dilakukan meskipun nampak darurat. Penanganan pertama menggunakan batang kelapa, dan sempat bisa dilalui kendaraan. Namun jembatan darurat itu tidak bertahan lama. Kedua, dengan menggunakan balok besi yang langsung di letakkkan di atas pasar hitam, tanpa membuat pondasi penyanggah dari bawah. Hasilnya jembatan darurat itu tidak bertahan lama, karena tidak mampu menahan beban angkutan yang lewat. Setelah rusak kembali, gorong-gorong yang sudah berubah menjadi jembatan itu di upayakan agar bisa di lalui, meski tanpa planing dan logika. Yaitu dengan melakukan penimbunan gorong-gorong menggunakan goni plastik berisi pasir, awalnya sempat bisa dilalui. Namun hasilnya tetap kembali seperti semula, rusak dan tidak bisa di lalui.Pantauan Cakra, Jumat kemarin, pihak Dinas jalan Jembatan Propinsi Sumatera Utara masih sedang memasang jembatan Belly. Pemerintah setempat dan Dinas PU provinsi terkesan lamban menangani gorong – gorong tersebut. Pada 23 Oktober gorong-gorong rusak, baru pada 08/11 bisa dilalui kendaraan setelah dipasang jembatan Belly